"Aku khilaf, Mira ...," lirih Abi dengan mata berkaca-kaca. Dia mencoba meraih tanganku, tapi secepat mungkin aku menepisnya.
"Bilang kalau semua ini bohong, Mas! Bilang kalau kamu gak selingkuh! Bilang, Mas!" teriakku sambil memukul dada Abi dengan keras. Menyalurkan segala sesak, kecewa, dan amarah yang begitu dalam dihatiku.
"Aku khilaf, Sayang ...." gerakan tanganku berhenti. Aku mundur dengan langkah gontai. Menatap suamiku dengan kekecewaan yang tak bisa kujelaskan.
"Seandainya kamu katakan 'tidak', Mas! Seandainya kamu berbohong dengan mengatakan 'tidak', aku pasti akan percaya, Mas!" teriakku dengan air mata yang terus mengalir. Mataku masih terus menatapnya tajam dan penuh dengan kekecewaan yang begitu dalam. Sakit. Bahkan, rasanya sangat-sangat sakit.
Seandainya aku tak menikah diusia muda, seandainya aku tak menerima pinangannya, seandainya aku ... Ah, semuanya hanya tinggal kata 'seandainya'. Bukankah kata seandainya tak bisa disalahkan? Lalu, siapa yang pantas aku salahkan? Takdir?
Aku menikah muda. Jangan kalian kira aku menikah muda karena hamil diluar nikah. Tidak, bukan itu sebabnya. Namun, karena aku dan Abi memang saling mencintai. Kini aku baru sadar, mencintai saja tak bisa mempertahankan hubungan jika ego masih saja didahulukan.
***
Tak ada yang bisa menjabarkan posisi hatiku kini, tak kala orang yang paling kucintai mengutarakan kalimat yang membuat mataku kian memanas. Namun bukankah sebagai istri yang baik aku harus merelakannya. Ya merelakan suamiku menikahi wanita lain dihari itu.
"Nikahi dia kak , aku ikhlas jika harus di poligami" ucap Liona di pagi hari.
"Tapi Lion, Orang tuaku pasti tidak akan setuju". Seru suaminya waktu itu.
"Jelaskan pada mereka yang sebenarnya kak, pasti mereka akan merestui pernikahan kalian." Kembali Lion meyakinkan suaminya.
"Maafkan aku Lion." Hanya itu yang dapat dikatakan Dande suaminya. "Aku baru menyadari kesalahanku setelah semua kekacauan ini terjadi." Imbuh pria itu.
Tak ada yang bisa mengubah takdir ataupun menyalahkannya. Seperti takdirnya sekarang, dia tidak bisa mengubahnya ataupun menyalahkan semua yang terjadi pada hidupnya kini. Wanita itu hanya bisa sabar dan lapang dada menerima semua kenyataan pahit yang menimpa rumah tangganya kini.
Sebuah cerita yang mengisahkan sepasang suami istri yang menikah karena perjodohan. Namun sang suami masih menjalin hubungan dengan pacarnya dan suatu ketika sang pacar hamil. Menguji keikhlasan sang istri untuk menjalani POLIGAMI.