Sandyakala diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja. Cerita sederhana yang mengisahkan seorang perempuan yang sangat membenci senja. Ia benci dengan segala hal yang berkaitan dengan senja. Bertanya soal senja, membahas soal senja, apalagi melihat senja sama seperti sedang mengoreknya soal luka lama. Karena senja menjadi saksi bisu kepahitan masa lalunya. Sudah segala cara ia lakukan untuk melupakan pengalaman menyakitkannya. Tapi, bekas luka itu masih ada. Butuh banyak waktu untuk menghilangkannya. Dan dengan segala takdir yang telah Tuhan gariskan. Ia harus bertemu dengan cowok yang begitu mencintai senja. Cowok pecinta alam dan isinya. Cowok yang akhir-akhir ini selalu mengikuti kemana pun ia pergi, ditambah perhatian-perhatian kecilnya. Pernah satu waktu mereka bertanya satu sama lain, ketika dalam perjalanan pulang dari sebuah tempat. "Mel," panggilnya. "Apa?" "Lo suka senja?" "Nggak." "Kenapa?" "Karena setelahnya hanya akan ada kegelapan dimana-mana." "Sesederhana itu?" "Iya." "Tapi senja mengajarkan arti dari kata melepaskan dan ikhlas, Mel." "Walaupun sunyi menjadi temannya?" "Mel, terang pun tak selalu menemani dan karena sunyi pun tidak selalu kejam. Tuhan menyiptakan sunyi agar manusia sadar bahwa peduli dengan diri sendiri itu penting. Mungkin beberapa orang nggak sadar kalau dirinya telah terlampau mengacuhkan diri sendiri karena sibuk membahagiakan orang lain, terlalu sibuk mengkhawatirkan orang lain hanya takut orang lain itu kecewa." Akankah hadirnya Satya bisa membuat Melodi berdamai dengan masa lalunya? Bisakah Satya meluluhkan hati seorang Melodi Kaneishia yang tidak percaya akan cinta? Dan ... sanggupkah Melodi melawan rasa egoisnya untuk manusia bernama Satya Adiwangsa?
33 parts