"Maka dari itu saya realistis dan tahu diri. Tidak segala hal bisa kamu romantisasi. Karena saya hidup di dunia, bukan dalam larik sebuah puisi," kata Rama dengan sakit hati yang ia tutup-tutupi. Gadis di hadapannya terdiam, terlarut dalam sorot netra kecoklatan milik Rama. Jauh di dalam palung matanya, terdapat pilu yang entah ada berapa. Ia kembali bicara, "Persetan dengan yang selalu ada. Jika ada yang lebih sempurna, manusia seperti saya tidak akan dapat apa-apa. Itulah realitanya jika kamu berbicara tentang dunia." Rama mengambil asal tas ranselnya yang berada di atas rerumputan. Ia berdecih lalu berkata, "Istimewa, katanya."All Rights Reserved
1 part