13 parts Complete "KALAU LO GA PERGI DIEM DIEM KAYA TADI, LO GA AKAN NYUSAHIN GUE ZE!" Sentak Sangkara, Zea yang masih sedang mengatur nafasnya, kini nafasnya semakin sesak, karena terkejut.
"LO TAU KALAU GUE GA BISA NEMUIN LO, GIMANA JADINYA?!" Ucap Sangkara lagi, Zea ingin menjawab tapi nafasnya masih sesak hingga membuatnya kesulitan untuk berbicara.
"Ze-zea."
"GA BISA APA LO NURUT ZE? GUE BILANG SAMA LO UNTUK DIEM, LO BISA AJA DIJADIIN BAHAN BUAT HANCURIN GUE!" Sentak Sangkara lagi.
"Sa-sangkara Ze-zea ga-ga..." Ucap Zea yang terbata-bata, sungguh kini nafasnya benar benar sesak.
Zea meneteskan air matanya saat melihat kepalan tangan Sangkara yang semakin kuat. Ia sudah tidak berani untuk menatap mata Sangkara.
Mendengar ucapan dari pria itu saja, membuat jantungnya berdetak dengan cepat.
"Kenapa lo ga ngomong? Kenapa lo pergi diem diem kaya tadi?" Tanya Sangkara, yang kini ia sudah terduduk di samping Zea.
"JAWAB ZE!" Sentak Sangkara yang melihat ke terdiaman Zea. Zea hanya menundukkan kepalanya, sambil mengatur nafasnya, namun lagi lagi pria itu membuatnya kesulitan.
'Zea sesek Sangkara, Zea ga bisa jawab. Maafin Zea, Sangkara.' Ucap batin Zea sambil menangis.
"Ze?" Panggil Sangkara pelan saat ia sudah sadar dari apa yang ia lakukan. Ia menatap Zea yang kini sedang memegangi dadanya.
Dengan cepat Sangkara menarik tengkuk leher Zea, dan memberikannya nafas buatan.
Tidak tahu apa yang ia lakukan saat ini, namun Sangkara tidak tahu harus berbuat apa.
Panik? Khawatir? Tentu saja!
Minat langsung baca aja yaaa-> ->