Surya Mahardika, pria baik yang penuh senyum manis, setiap hari dia selalu datang sangat pagi dan pulang sangat malam, aku sempat bertanya pada diriku " jam berapa dia tidur? " Pertanyaan itu selalu ada dibenak ku, dan kenapa setiap pulang kerumah selalu ada darah di sekujur tubuhnya, saat aku bertanya dia hanya bilang " aku terjatuh " aku bingung, padahal dia bilang hanya les, tapi kenapa pulangnya malam, lalu selalu mendapatkan luka dimana - mana, lalu dapat dari mana dia uang untuk membayar lesnya. Pikiran itu berjalan sampai ketika saatnya tiba dan aku tau mengapa itu terjadi, disaat suatu kebenaran terungkap, disitu kehilangan akan terjadi, kehilangan yang mungkin menyakitkan untukku, tapi menyenangkan untuknya - Kinanti ayu - Hidupku hanya sebatas telapak dari kaki dan tangan ibuku, aku sangat menyayangi nya, tapi sepertinya dia tidak begitu, ayahku hanya melihat dan pergi. Aku sempat bertanya " apakah ada yang aneh dengan diriku? ". Aku hanya mengejar cinta ibuku untuk mendapatkan telapak kaki ibuku, tapi terhalang telapak tangan ibuku. Bukan hanya telapak ibuku, tapi telapak tangan ayahku juga, warna merah adalah warna kesukaan ayah dan ibuku, padahal dulu mereka menyukai warna biru, dulu mereka bilang kalau warna biru adalah warna kebahagiaan untuk keluarga kita, tapi kenapa sekarang mereka menyukai warna merah? Dan itu hanya ada di dalam diriku. Aku selalu menulis kejadian yang terjadi hari ini, aku mempunyai teman dia sangat disayang orang tuaku namanya Kinan, aku berpikir dia saudaraku ternyata teman ku, aku tidak membencinya aku bahkan menyukainya. Tapi kenapa kami berbeda? Aku pun tidak paham sampai suatu kejadian yang membuat orang bersedih, tapi menurutku itu menyenangkan. - Surya Mahardika -All Rights Reserved
1 part