Aku tidak merebut siapa pun!, dan dia juga suami ku, kami menikah dan sah di mata hukum, aku tak pernah mengganggu rumah tangga mereka, aku mencintai nya, dia pun mencintai ku, anak ku bukan anak haram, dia mempunyai ayah.
Ku mohon dengar kan penjelasan ku, kau sedang salah paham, aku memang pernah menikah, tapi bukan karena cinta, itu yg ku lakukan karena perjodohan, kau wanita satu2 nya yg aku cintai, percayalah, dia mengkhianati ku dan anak itu bukan darah daging ku, aku akan segera menceraikan nya jika bisa saat ini juga aku akan talak dia.
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."