Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Kalian cukup menghargai aja, follow, komen yang salah, vote, dan share. Dannn, nikmati kisah Mika ya^^
Note : Untuk teman real lifeku, jangan dibaca nahhh plissss🥺
_______________________________________________________
Dibanding-bandingkan dengan orang lain, dan dituntut untuk menjadi diri orang lain. Gangguan mental? Mika rasa dia masih baik-baik saja. Punya trauma juga kayaknya tidak. Entah takdir atau apa, semesta lebih dulu menghukum Mika daripada tuhan. Baginya, hujan dan malam adalah saat-saat dimana semesta sudah tidak bermain-main lagi dengannya.
"Makasih sudah sabar Mik, makasih sudah jadi baik diorang-orang jahat, makasih sudah ngerti sampah itu apa, makasih karna lo kuat banget, meski lo nakal dikit tapi perjuangan hidup lo gue suka, makasih sekali lagi diri Mika Auristela. Gue tunggu lo bahagia," ucap Mika pada teman-teman di kelasnya, kisaran delapan orang.
Mika sadar, sebagian dari temannya hanya menyimak perkataannya, sebagian dari mereka bahkan enggan mendengarkannya bercerita.
Lalu, bagaimanakah kisah semesta selanjutnya pada Mika? Bagaimana langkah Mika menghadapi tuntutan semesta? Dan yups, jangan lupa percintaan Mika bagaimana? Akankah berhubungan dengan semesta, lagi?
_______________________________________________________
Jangan lupa follow sebelum baca, vote untuk menghargai, komen untuk berikan kasih sayang kalian ke aku, share agar banyak yang suka❤
INI PURE HASIL KARYA AKU, KALIAN JANGAN SEENAKNYA PLAGIAT!
Enrekang, 24 Maret 2021
-milikresky-
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan