Aku hanya sedang ingin diam Berdiskusi dengan diri sendiri dalam hening. Ini tentang langkah kecilku yang mungkin salah jalan Tersesat kah aku? Aku masih sibuk menerka, pada banyak hal dan rasa yang seharusnya ku syukuri, bukan ku ingkari. Lagi-lagi aku berbincang dengan diri sendiri. Menengadah pada Tuhan, sekedar mencari tempat untuk bersandar, atau hanya sekadar butuh sandaran? Ingin? Atau memang benar-benar karena butuh? Entahlah. Helaan napas membawaku pada imaji yang semakin luas, berusaha menekan tombol berhenti, namun nyatanya sudah terlalu banyak elemen yang rusak di jiwaku. Sangat sukar untuk dihentikan. Sulit. Bahkan rumit. Semesta pernah memberitahuku bahwa, enyahlah saat jiwamu lelah, lalu berbenah, seperti lebah yang akhirnya terbang bebas dari singgasananya. Aku kerdil seperti lebah, kecil, namun kadang jahat menyengat dengan hebat. Tapi ingin kutanya, bukankah lebah juga memiliki kebaikan?? Kesukarelaannya memanen madu untuk manusia bisakah diartikan kebaikan? Tentu! Manusia bahagia karenanya Lantas, terlalu naif ya, jika kusamakan diriku dengan lebah? Sedang aku tidak memiliki ribuan kebaikan yang bisa kubanggakan, satu-pun, tidak Termenung bagiku cara terbaik, bukan melamun, hanya merenung. Duduk bersilang dan saling berhadapan dengan seseorang dari dalam cermin. Bekerjasama dengannya dalam suasananya yang suram namun tidak terlalu mencekam, kami merunut apa saja rentetan perilaku dan tingkah laku yang membawaku sampai sejauh ini, mengingat kembali tutur kata apa saja yang akhirnya menuntunku sampai di hari ini. Masih banyak yang perlu di koreksi. Harus ku revisi satu per satu. Tidak tidak jangan satu per satu, selesaikan semua, lakukan yang sama, seperti halnya kebiasaanku yang selalu rakus karena keegoisan sendiri. Hari ini sampai sepekan ke depan, aku ingin melihat perkembanganku sendiri. Apa suatu saat nanti aku bisa seperti lebah? Atau masih menjadi manusia kecil, kerdil dan egois? #
1 part