Diam-diam, Bima Sevanxa menyaksikan pertandingan bola basket tim putri. Ia ingin memastikan, apakah benar bahwa Ayra Kamilia, sang ketua tim basket, adalah gadis yang dulu sangat ia sayangi? Waktu, perlahan, akan memberikan jawabannya.
Dengan berbagai cara, Bima berusaha mendekati Ayra. Sebagai senior, ia mengajukan diri untuk menjadi pelatihnya, dan pak Yoga, guru olahraga mereka, pun menyetujui.
Tanpa disadari Ayra, ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Bima. Mereka menjadi semakin dekat, tak terpisahkan. Tiada hari tanpa Bima, tiada hari tanpa Ayra.
Namun, seiring berjalannya waktu, sifat asli mereka mulai terungkap. Ayra yang keras kepala dan Bima yang egois. Dua pribadi yang sama-sama sulit untuk tunduk satu sama lain.
Ada kalanya, mereka merasa terluka. Ayra merasa tersakiti oleh Bima, dan Bima merasa terluka oleh Ayra.
Akankah Bima tetap setia di sisi Ayra, seperti yang ia janjikan, atau justru Ayra tak akan pernah menemukan kebahagiaan sejatinya?
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?"
Disclaimer!
Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar.
Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru cerita ini ya.
Love, penulis.