Ini kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas tahun. Sudah cukup besar untuk mengerti bagaimana perjalanan hidupnya selama tujuh tahun terkahir ini.
Sama seperti kebanyakan remaja laki-laki diluar sana, Rayhan juga termasuk anak yang jahil, bandel, ceria, manja. Namun, siapa yang akan menyangka jika di balik keceriaan dan tingkah ajaibnya itu, ia memendam kerinduan yang besar kepada orang yang telah membawanya ke dunia ini.
Yaitu Orangtuanya. Sejak kecil, dirinya memang tak tinggal bersama mereka. Entah apa alasannya sehingga dirinya di titipkan pada paman dan bibinya.
Mereka masih sehat, masih muda. Namun, mereka seperti enggan untuk merawat Rayhan, bahkan hingga tujuh tahun mereka tak pernah bertemu. Padahal jarak tidaklah begitu jauh, namun rasanya mereka sengaja tak ingin menjenguk atau sekedar ingin tahu keadaan putra mereka ini.
Ia ingin tahu, alasan mengapa dirinya tak bisa tinggal bersama orangtuanya, seperti kebanyakan anak diluar sana. Masa kecilnya pun tak memiliki kenangan bersama mereka. Ini seperti teka-teki yang harus ia pecahkan, juga alasan mengapa ia tidak bisa mengingat masa kecilnya, saat berusia tujuh tahun ke bawah. Karena tidak mungkinkan kalau dirinya hanya lupa, setidaknya kalaupun memang lupa. Pasti ada sedikit memori kenangan yang terlintas di pikirannya. Namun, sama sekali tak ada, kosong dan hal itu menimbulkan pertanyaan besar darinya.