Arvha adalah orang tulus yang mengetikkan kata cinta dari tangan tremor untuk pertama kalinya. Dia yang pemalu ketika harus mengadu empat mata dan akan bersembunyi dikeramaian kantin sekolah. Sementara aku yang terus bersyukur dipertemukan dengannya. Namun harus pupus setelah kehadiran Aksa dengan lantang menyatakan cinta di depan wajah yang menuntut keseriusan dibangku kuliah ini.
Aku menyesali beberapa pertemuan, entah dengan Arvha atau Aksa. Sebab dalam hidup, pertemuan adalah salah satu misteri besar yang entah atas dasar apa Tuhan tidak mengijinkan siapapun menentukan pilihan ingin dipertemukan dengan siapa.
Aku hanya manusia biasa yang tidak berhak menuntut Tuhan untuk mengembalikan apa yang hilang dari sebuah pertemuan.
Aku yang sampai sekarang masih bertanya, mengapa tahun-tahunku bersama Arva dengan mudah tertimbun perlakuan manis Aksa disetiap malamnya. Entah kemudian maaf dan pulang akan ku hadiahkan ke siapa, cintaku abu sampai pada semesta yang merahasiakan dengan siapa labuh nanti...