Dia tidak peduli pada dirinya sendiri. Dia hanya peduli pada orang lain.
Dia tidak peduli rambut hitam putihnya terpotong acak-acakan. Dia hanya peduli kepala orang lain tidak terluka.
Dia tidak peduli dirinya menjadi buronan para mafia berbahaya. Dia hanya peduli orang lain baik-baik saja.
Dia tidak peduli kehidupannya normal atau tidak. Dia hanya peduli kehidupan normal orang lain.
"Mengapa..., Kamu mempedulikan kami? Kamu..., menjadi sasaran para mafia... Kamu..., tidak bisa hidup normal. Setidaknya, pikirkan dirimu sendiri..."
"Pfft... Aneh sekali. Kalian punya orang yang menunggu kalian loh. Anak dipanti asuhan pasti akan mencari kalian. Para lansia dipanti jompo pasti akan bertanya-tanya dimana kalian. Hewan-hewan dikebun binatang pasti menunggu kalian untuk memberi mereka makan. Banyak orang yang menunggu kalian. Kalian ingin mati?"
"Tapi... Mengapa kamu harus mengorbankan diri..., untuk... kami...?"
"Karena aku bersyukur, ada orang yang mau berdiri disisiku. Aku bahagia, saat kalian tertawa bersamaku. Aku bahagia, saat kalian mau menjadi temanku. Itu... yang membuatku mau berkorban..."
"Tapi... Kami pernah menamparmu! Kami pernah memusuhimu! Kami pernah membencimu! Kami pernah menyerahkanmu kepada para mafia! Kami pernah... Kami pernah... Hik... Hik... Kami pernah..."
"Mengkhianatimu..."
"Hik... Hik... Hik... Kenapa..."
"...Kau masih mau berkorban untuk kami..."
"Itu karena..."
"Aku mencintai kalian..."
~~~~~
(jan cuma jadi silent riders ya wan kawan. kalau tidak bisa vote karena tidak suka cerita saia, silahkan tinggalkan komentar^^)