Hari yang dinanti Tania tiba. Kebaya brokat putih cantik melekat di tubuhnya. Tanialah ratunya hari ini. Senyum yang terukir di wajahnya menyisipkan sekelumit cemas. Gilang menghilang dari semalam. Tania tidak bisa menghubunginya. Namun, segala kekhawatiran itu ia tepis. Tania yakin semuanya akan baik-baik saja.
BRAK! Pintu ruang ganti terbuka seketika.
"Tania!"
"Yas? Ada apa?"
"Keluarga Gilang sudah datang!" ujarnya terburu-buru.
"Ya, bagus dong! Terus kenapa? Kok kamu gitu amat?" tanya Tania.
"Tanpa Gilang!"
***
Tania sama sekali tidak pernah membayangkan akan mengalami kegagalan di hari pernikahannya. Bukan, bukan soal malu atas undangan yang tersebar, namun luka yang kini menganga. Hatinya hancur berkeping-keping. Dia sendiri bahkan tidak yakin, masihkah mampu hatinya jatuh cinta pada laki-laki lain?
Medias tidak pantang menyerah. Ia tahu tidak sepantasnya berbahagia di atas luka Tania. Tapi, mungkin saja ini adalah rencana Tuhan mengabulkan doa di setiap sujudnya yang merindu Tania melirik hatinya. Saat Tania terpuruk, Dias selalu mencoba mencari celah untuk masuk. Namun, Tania terjebak pada rayuan manis Bima.
Tania dihadapkan pada dua pilihan, Bima atau Dias? belum lagi dia memilih, Gilang kembali membayangi hari-harinya. Haruskah ia kembali pada Gilang yang telah menciptakan luka dalam hatinya? Lalu siapakah sebenarnya Bima? dan apa hubungannya dengan Laila, perempuan yang membuat Gilang meninggalkan Tania?
Menikah muda tidak pernah ada dalam bayangan seorang Nara Aziera. Apalagi jika harus menikah dengan seorang duda anak tiga yang usianya tentu saja jauh berbeda. Namun Nara selalu percaya bahwa segala hal yang terjadi sudah ada dalam rencana-Nya. Jadi, bagaimana kisah Nara dan tiga anak sang duda yang mengidolakannya?
Cover by : @primadecoverku