Sayup sayup pelitamu redup, ku lekap erat jiwamu dalam peluk. Katamu semuanya cuma bual, aku mendesak. Ah, Anggit. Manakala kau jumpai afeksiku hancur lebur beserta ucap yang acap ku antarkan padamu sekejap setelah baskara melonjak, kau kan paham betapa aku teramat ingin menjagamu hingga pengapnya buana tak lagi menjamahmu barang secuil saja. ©tokyoarchives, 2021