Take a Look Back
  • Reads 146
  • Votes 26
  • Parts 2
  • Reads 146
  • Votes 26
  • Parts 2
Ongoing, First published Apr 24, 2021
Bagaimana respon kalian jikalau bertemu teman lama di suatu jalan setelah bertahun-tahun lamanya tidak melihat wajahnya?

Tentu menanyakan kabar dan basa-basi lainnya untuk membangun kembali hubungan yang sempat terputus, bukan?

Tapi, dua orang ini seperti ditakdirkan tidak ada canggung-canggungnya, pun ketika sudah tidak lagi bertatap muka tiga setengah tahun kiranya. 

Ketika dipertemukan kembali pada peristiwa yang tidak pernah mereka duga, saling meledek justru cara komunikasi yang mereka tempuh untuk mengisi ruang-ruang yang tak lagi utuh.

Lalu, tidak takutkah keduanya pada ledekan yang mungkin dapat mengantarkan mereka pada jalinan lebih dari sekadar "Teman ejekan?"

Mari kita simak bersama...
All Rights Reserved
Sign up to add Take a Look Back to your library and receive updates
or
#8jaehyungpark
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kisah Tak Sempurna cover
Stars Behind the Darkness (End) cover
Kesayangan Bunda cover
Rafa  cover
After Graduation cover
Second Best [ RONY X SALMA ] cover
He Fell First and She Never Fell? cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
Fiction -sungjake✔ cover

Dosa Ku

55 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.