[Diharapkan Follow sebelum membaca]
-Awal Bagian emang biasa aja, tapi coba menjelajah lebih jauh dan kalian akan menemukan hal tak terduga-
.....Selamat membaca....
Banyak orang merealisasikan kesedihan dan emosinya dengan tersenyum, pura-pura bahagia. Lain halnya dengan Alenia Dafrea Hafisya (Alen) gadis ini mempunyai segudang kesedihan dan luka yang ia tutupi dengan caranya sendiri.
Orang tuanya bercerai, Abangnya ikut dengn sang Ibu dan Alen ikut dengan Sang Ayah. Memiliki saudari tiri tidaklah sebahagia itu. Alen sering merasakan kekerasan fisik maupun mental dari orang terdekatnya. Hanya Abangnya lah satu-satunya pendukung setianya di garis terdepan.
Bertemu dengan cowok mulut buaya seperti Frasa Aldebaran membuatnya semakin mengalami kesulitan di kehidupannya. Namun, akibat mengenal cowok ini, Alenia menjadi tau banyak hal. Tentang perbedaan, juga mengikhlaskan.
"Alenia Dafrea Hafisya, Nama indah yang Papi-Mami kasih untuk Alen. Lantas, saat Alen hadir ke dunia kenapa cuma Abang yang mengerti sakitnya Alen? Alen boleh nyerah nggak sama semesta, pengen pulang ke pangkuan Tuhan aja biar kalian senang. Hhe...."
"Kita berbeda, Fra. Gue menganut paham tentang Allah sebagai Tuhan, sedangkan lo mengakui Sang Hyang Widhi sebagai Tuhan tunggal."
"Berbeda bukan berarti nggak bisa nyatu, kan, Len?"
Catatan Alenia, punya makna tersendiri bagi penikmatnya.
( Baca dulu siapa tau ketagihan)
++ Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian, ya! Dan juga cerita ini murni dari pemikiran saya sendiri!!! Jika ada kesamaan harap dimaklumi:)
Star : 3 Mei 2021
"Apa yang bisa dibanggakan darimu?"
Sebuah hubungan yang kompleks antara seorang ayah dan anak perempuannya. Ayah tersebut tidak pernah menunjukkan kasih sayang dan penerimaan terhadap anaknya, bahkan menganggapnya sebagai beban keluarga.
***
Diasha hanya ingin satu hal, dicintai oleh ayahnya sendiri. Namun kasih sayang itu tak pernah datang, bahkan seolah tak pernah diharapkan.
Ia tumbuh dalam rumah yang penuh dingin dan diam, mencoba menjadi anak baik agar dilihat, agar dianggap tapi hasilnya selalu sama, hampa.
Meski begitu, Diasha tak pernah benar-benar bisa membenci ayahnya. Di hatinya, pria itu tetap sosok penting yang tak tergantikan. Sayangnya, apakah ayahnya berpikir hal yang sama?
Ketika cinta yang seharusnya melindungi justru melukai, Diasha dihadapkan pada pertanyaan paling pahit dalam hidupnya:
Apa gunanya hidup... jika rasanya seperti mati
Attention: Cerita ini mengandung tema yang sensitif dan dapat memicu emosi yang kuat pada pembaca, terutama bagi mereka yang pernah mengalami pengalaman serupa. Mohon untuk tidak terlalu terpengaruh oleh cerita ini. Penulis tidak bertanggung jawab atas segala reaksi emosi yang mungkin timbul, termasuk kebutuhan akan tisu.
•dilarang keras menciplak karya ini•