Bagi Lalang, Kafka Byru Prayogo bukan hanya sekedar cinta monyet baginya. Sikap Kafka yang dingin mengingatkan Lalang akan tokoh manga favoritnya. Dia, Masumi Hayaminya, dan cinta keduanya setelah Bapak. Kafka yang dingin, yang punya bola mata sekelam malam akan tetapi mempunyai senyum yang semanis madu hutan dan juga sehangat mentari pagi di musim semi.
"Mas Kafka, bahkan setelah beberapa tahun terlewati, aku masih merasakan hal yang sama terhadapmu. Aku, yang akan selalu merindukanmu, menginginkanmu, dan selalu mencintaimu."
Kafka, merasa lelah dengan hidupnya. Bagi dirinya, di dunia ini hanya ada dua warna saja, hitam dan putih sampai ia bertemu gadis itu. Lalang. Seperti filosofi dari namanya, ilalang akan terus tumbuh tak perduli hujan, panas atau badai sekalipun, ilalang akan selalu mengakar dengan kuat. Seperti itu juga Lalang, tak perduli sekeras apapun Kafka berusaha mendorongnya menjauh, menyakitinya dengan kata-kata kasarnya, Lalang akan tetap berdiri kokoh di tempatnya, dan akan selalu mengatakan bahwa dia adalah Masumi Hayaminya, yang dia bahkan sama sekali nggak tau itu siapa.
"Lalang Hanan Poetri, jangan mencintaiku. Kau hanya akan terluka."
Liora Daniela, tidak menduga kisah cinta pertamanya akan berjalan rumit. Pasalnya, gadis berusia tujuh belas tahun itu menyukai salah satu pegawai ayahnya yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Dan yang membuat kisahnya semakin rumit lagi, karena pemuda itu sudah memiliki kekasih, bahkan berencana akan segera menikah dalam waktu dekat.
Sebagai anak yang sudah biasa mendapatkan semua yang ia mau, tentu saja Liora tidak akan menyerah begitu saja. Lalu, usaha apakah yang akan dilakukan Liora untuk memiliki pria itu? Ataukah ia akan menyerah? Terlebih, saat sang ayah mengetahui apa yang ia sembunyikan.
"Kamu adalah patah hati yang tidak bisa aku hindari. Kamu adalah rasa sakit yang tidak bisa aku tolak kehadirannya. Jika memilikimu hanya sebatas angan senja bagiku, maka izinkan aku untuk memelihara kenanganmu dalam sebagian ingatanku."