Berlabuh ke alam mimpi, lagi-lagi Sakura melihat dirinya berlutut di bawah pohon sakura yang berguguran. Di sana ia menengadah dengah wajah memelas bertetes air mata, sementara bibir merah muda pucat terus mengucapkan bait kalimat, lirih dan menyakitkan untuk didengar. "Dia mengatakan bahwa hamba yang mencintainya hanyalah karena takdir belaka. Maka dari itu, hamba memutuskan pergi meskipun mendapatkan hukuman." "Sakura yang berguguran sangatlah indah, tetapi pilu menyaksikannya."