Start : 10 Juli 2021
Rank
#1 Liara | 7 September 2021
🐾
Gadis polos duduk selonjoran sembari menatap bintang, ia ingin mencurahkan isi hatinya pada langit malam. Tak peduli dengan angin malam yang dingin, ia terus menatap ke atas. Tangannya beralih mengambil handphone yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk. Membuka aplikasi perekam suara lalu memulainya. Mempersiapkan diri dan menarik nafas perlahan.
"Aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini, yang aku tahu ... aku hanya ingin impian kecil yang muncul dibenakku sedari sore tadi terwujud. Aku tak tahu apakah dia akan memenuhinya atau tidak, aku merasa sungguh tak yakin. Tetapi akan ku coba selagi aku bisa." Liara Devana, gadis periang dan polos tiba-tiba terjebak ke dalam situasi yang sulit.
Seseorang menghampirinya, Liara tersentak saat namanya dipanggil. Menoleh ke samping, melihat bahwa siapa yang telah memanggil dan mengacaukan momen puitis-nya.
"Paan si?" tanyanya ketus, orang itu berjalan menghampiri Liara lalu duduk tepat di sisi kanan Liara.
"Lo ngapain sendirian di sini?" bukannya menjawab pertanyaan yang Liara lontarkan, orang itu malah bertanya perihal yang lain.
"Mau puitis tapi di ganggu sama setan. Eeh salah enggak sih kalau gue punya impian kecil?" Orang itu tampak berpikir sebentar.
"Ya enggak lah, emang impiannya apa?" Liara mendekatkan bibirnya ke telinga seseorang yang tengah duduk di sebelahnya, mengatakan sepatah kalimat di sana.
"Yang bener lo? Lo punya impian kecil kayak gitu? Receh banget, tapi wajar sih buat lo yang polos kayak gini, hahaha!" Tawa seseorang terdengar di telinga Liara, membuatnya semakin kesal.
Bisakah Liara mewujudkan impian kecilnya? Mengapa ia merasa tak yakin perihal impian itu?
'Mudah dan simpel, tetapi sangat sulit untukku gapai. Kebanyakan orang bisa melakukan itu, tetapi mengapa aku tak bisa?'
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan