"Boyfie sialan! Gue benci lo! Gue sumpahin lo bisu beneran! Kita putus!"
__
Kejadiannya sudah lama sejak Alisa bertemu pacar misteriusnya. Hari itu, masih melekat jelas dalam ingatan Alisa saat pertama kali mereka bertemu, kala itu Alisa terjatuh saat bermain arung jeram, terbawa arus hingga akhirnya ia terkulai lemah disisi sungai, dalam keadaan gelap, dan rasa dingin yang hampir membunuhnya, Alisa bertemu Joan untuk pertama kalinya.
Alis, mata, hidung, bibir, dan rahangnya nyaris seperti pahatan terindah didunia. Sempurna, kecuali satu; suaranya. Bahkan setelah dua tahun berpacaran, Alisa belum mendengar suara Joan barang sedikit saja.
Sebenarnya, hubungan ini dimulai karena sebuah ketidaksengajaan atas apa yang Alisa ucapkan secara spontan. Dihari ke-tiga usai ditolong, Alisa kesal karena belum juga mendengar suara Joan padahal pemuda itu tidak bisu.
"Kalo lo nggak ngomong juga, kita pacaran!" Alisa berseru marah kala itu.
Joan termangu. Namun, selanjutnya pemuda itu mengangguk dan memeluk Alisa.
"W-oy! Gue becanda! Lepas!"
Joan menggeleng. Menatapnya seakan mengatakan; "ππ¨π¨π’π¬ π’π₯π’ π±π¦π―π’π³πͺπ¬π’π― π¬π’π΅π’, π¬πͺπ΅π’ π±π’π€π’π³π’π―!"
ππ°π₯!
Hari itu, hari tersial sekaligus hari paling memalukan bagi Alisa.
Suami Hana seorang tentara, dihari pertama pernikahnnya Difki dikirim kemedan perang. Sayangnya pria itu telah gugur dalam perang membuat Hana yang masih perawan menjadi janda. Karena Difki adalah anak tunggal dalam keluarganya, sang ibu mertua tiba tiba mengusulkan ide gila agar ayah mertuanya tidur dengan menantunya untuk memperoleh keturunan.