"Lita, ada hal penting yang harus aku sampaikan." Rafa menatap Lita dengan serius dan tersirat raut kesedihan di matanya.
Lita mengangguk tanpa rasa cemas sedikitpun. "Ada apa, Kak?"
Rafa menghela nafasnya dengan berat. Pemuda itu menggenggam tangan Lita dengan lembut, mengelus buku tangan gadis itu dengan ibu jarinya.
"Kakak keterima masuk kuliah di London," lirih Rafa dengan pelan.
Rafa pikir, Lita akan bersedih, namun ternyata gadis itu justru tampak sangat bahagia. "Wah! Bagus dong, Kak. Itu tandanya, cita-cita Kak Rafa yang ingin menjadi seorang arsitek akan segera tercapai bukan? Lita seneng dengernya! Selamat ya, Kak." Lita berucap dengan penuh keceriaan.
Rafa menatap Lita dengan tatapan sendu. "Tapi Lita, bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Rafa yang sangat tak tega apabila harua berpisah dengan kekasih nya yang sangat menggemaskan.
"Kalau bisa Ldr, kenapa enggak?"
------------------------------
"Kak Rafa ... Lita kangen kakak, kenapa Kak Rafa gabisa dihubungi terus belakangan ini?" lirih Lita pada dirinya sendiri sembari menatap layar ponsel nya yang menampilkan room chat Lita dengan Rafa yang belum ada balasan sama sekali, bahkan hanya ceklis satu.
"Galau mulu, lo! Ayo jajan, gue traktir susu coklat kesukaan lo."
"Gak mau ah, Haikal. Lita gak mood, tumben banget kamu baik sama aku? Biasanya suka banget jailin Lita." Lita menatap pemuda yang bernama Haikal itu dengan tatapan heran.
Pemuda yang Lita sebut Haikal tadi menyengir lebar, kemudian ia merangkul bahu Lita dengan gemas. "Kasian gue, liat muka lo sedih gitu. Gue lagi baik nih sama lo." Lita hanya balas mendelik pada Haikal ksrena pemuda itu merangkulnya dengan sangat erat.
Lita berusaha melepaskan tangan Haikal yang berada di bahunya, namun Haikal justru semakin mempererat nya. Haikal menatap Lita dengan tatapan lembut, Lita balas menatap dengan tatapan bingung.
"Lit, kasih gue kesempatan buat bahagiakan lo disaat Rafa gak ada di sisi lo, ya? Kayaknya, gue mulai suka sama lo."