Archer tidak menyangka di usianya yang masi sembilan belas, jarinya telah tersemat cincin perak pertanda status barunya sebagai tunangan seseorang. Om Artur, begitu Archer memanggilnya. Entah hal gila apa yang dokter muda itu lakukan sehingga tiba-tiba datang ke rumahnya untuk melamar. Om pengen ke rumah kamu, ibu sama bapak ada nggak?" "Dih main aja kali, biasanya main masuk ajai kayak kambing." "Hush, mulut gadis kok no ahlak." "Emang kenapa?" "Saya mau silahturahmi sama bapak kamu, sekalian nongkrong." "Aneh." Kira-kira seperti ini awal dari kisah mereka, Archer yang mau tidak mau harus menjalani status berkomitmen sementara hatinya telah terpikat dengan yang lain, dan Artur yang masi diganggu oleh masa lalunya yang ingin kembali lagi.