"kalau takdir membawamu pergi dan tidak bisa kembali, apakah aku masih menjadi tujuanmu untuk pulang ?" ,Tanya Ara diantara gerimis sore kala itu. "Tidak perlu bertanya, kau selalu menjadi tujuanku pulang. Meski pada kenyataannya tidak semanis itu. " Lintang selalu menaruh Ara pada bait-bait puisinya, begitu juga pada skenario hidup yang selalu ia rencanakan. Ara tetaplah gadis tangguh yang tidak pernah siap dengan kehilangan, tapi ia tahu sesuatu hal buruk selalu menjadi bagian dalam hidupnya. Dalam rentetan kejadian yang saling berhubungan, Ara tidak pernah berhenti mengharapkan Lintang kembali, sebab Lintang adalah cahaya yang senantiasa menemani malam-malam kelamnya, sekalipun redup bahkan mungkin tak tersisa. Ara sangat bahagia memiliki Lintang seutuhnya.