Jagad Sentosa, begitulah ayahnya memberi nama, entah apa harapan dan doa yang tersembunyi dari balik nama itu. Garis-garis wajahnya seolah menjadi catatan atas perjalan hidup yang penuh tempaan. Semua ia jalani dengan hanya berbekal sedikit tetesan cinta ibu serta falsafah kehidupan dari sang ayah. Tidak peduli berapakali ia terpuruk, suara itu terus membangunkannya layaknya teriakan seorang pelatih yang berusaha menyadarkan muridnya saat tersungkur di ring tinju, bangun Jagad!, bangun! bangkit jagad! Bangkit! Sebab handuk putih tanda menyerah ini bukan untukmu.