"Sebentar lagi ada yang ulang tahun, nih!" Aku membuka sesi obrolan sebelum tidur. Dengan lembut kubelai rambut Lucy-putri semata wayangku-seraya mengetatkan pelukan pada tubuh mungil bocah perempuan yang bulan depan akan berulang tahun ke lima. Aroma apel hijau terhidu segar dan manis. "Cintanya mama mau hadiah apa?" tanyaku penasaran karena Lucy tidak kunjung memberi tanggapan. Lucy berbalik, menatap sayu kedua bola mataku. "Ma, Lucy mau punya papa." Aku termangu. Tubuhku membeku. Kupandangi wajah polos Lucy tanpa berkedip. Dalam hati, aku mulai menyalahkan indra pendengaran yang sepertinya sedang tidak berfungsi baik, menyangkal apa yang baru saja kudengar. Namun, kesadaranku kembali saat Lucy mengulangi perkataanya sekali lagi. "Lucy mau punya papa, supaya keluarga kita lengkap." Lucy balas menatapku. Binar penuh harapnya membuatku kehilangan kata. "Lucy mau punya papa biar kayak teman-teman Lucy yang lain." Permintaan Lucy sukses membuatku merasakan kembali kegetiran yang selama ini berusaha kukubur dalam. Membangkitkan kenangan buruk akan sebuah kesalahan yang telah kulakukan semasa belia. Kesalahan fatal yang membuat Lucy hadir ke dunia. Memiliki anak di luar pernikahan itu sungguh berat. Bukan hanya pandangan masyarakat yang buruk, tetapi beban mental tersendiri saat harus memikul tanggung jawab seorang diri. Apakah aku mampu mengabulkan permintaan Lucy? Cerita ini masuk dalam Reading List: Kekuatan Wanita @AmbassadorsID #1 Getir #1 Singleparent #1 Truelove #1 Toleransi #1 Traumatic #2 Ibudananak #2 Luca #3 LukaAll Rights Reserved