Azlan mimpi hidup Azlan berubah. Berubah jadi lebih indah. Lebih indah.. Lebih indahhh... "Azlan, awas bola!" Peringkat Aska kala melihat bola basket yang dimainkannya bersama saudara kembarnya, terpental tepat di wajah Azlan. Azlan berhenti melamun. Kepalanya serasa sangat berat, sakit, setelah mendapatkan hantaman bola basket. Azlan memandang kesal ke arah Azka Sang pelaku yang tengah nyengir tanpa dosa. "Ampun, Bos. Lagian Bos, sih, pake ngelamun. Jadi gak tau kalo kepalanya mau kepentok bola!" Azka mengangkat kedua tangannya sembari berjalan. Mengambil bola basket untuk dimainkannya kembali bersama Aska. Tanpa takut, bahwa Azlan yang tengah berbaring di pinggir lapangan, mendadak berjalan dengan terseok-seok. Bugh Brukk Satu bogeman, Azka dapat sampai tubuhnya limbung ke belakang dan jatuh. Aska seketika tertawa terbahak. Tanpa mau membantu Azka, Aska memilih kabur. Menyusul Azlan yang tampak marah. Azlan yang tidak kuat berjalan, menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang depan kelas. Memijit pangkal hidungnya yang sempat terkena imbas lemparan bola nyasar. "Lo kenapa, sih, Lan? kek banyak pikiran banget. Bokap lo pulang?" Aska mencoba menebak. Siapa tahu benar. Azlan selalu seperti ini kalau ayahnya pulang. Paling parah ya babak belur, kalau engga, dibuat kaya orang setres. Azlan terdiam. Kemudian memandang sendu sahabatnya. "Gue dijual!"