Sebuah cerita tentang seorang gadis SMA biasa, Eireen Calandra Gerome. Seorang gadis berusia 16 tahun yang bersekolah di SMA Widatyamandala, sekolah bergengsi di wilayahnya. Di dalamnya berisi anak terpintar, terhits, dan beruntung dari wilayahnya, ah tidak, bahkan satu Indonesia. Lalu, Eireen masuk golongan yang mana? Hits? tidak juga. Pintar? Dia sendiri tidak yakin, karena menurutnya menjadi salah satu siswa akselerasi bukan berarti pintar. Beruntung? Mungkin ini lebih cocok disematkan sebagai golongannya di sekolah.
Kembali menilik ketiga kata namanya, Eireen berarti kedamaian, Calandra berarti periang, dan Gerome? Ah, nama keluarga. Ya, Eireen terlahir dari keluarga Gerome. Keluarga yang dapat dibilang sebagai keluarga biasa yang berkecukupan. Terlahir sebagai anak sulung dari pasangan Elenio Gerome yang merupakan seorang Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan dr. Atala Gerome, yang merupakan seorang dokter umum dan dosen kedokteran di sebuah universitas bergengsi, tentunya.
Namun, apakah seperti namanya, Calandra yang berarti periang, Eireen juga seorang perempuan yang periang? Keluarganya yang berkecukupan, apakah menentukan kebahagiaannya?
Should I be grateful? Pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang di tiap rongga tengkoraknya. Mungkin aneh dan terdengar tidak etis, tetapi baginya, pertanyaan itu adalah hal yang wajar dari mulutnya karena berbagai alasan. Kira-kira apa alasannya? Apakah Eireen berhasil mengungkapkan jawabannya di akhir cerita? Simak terus kelanjutannya!
UPDATE SETIAP SENIN
Start: 28 Juni 2021
!!Dilarang Keras Menjiplak Cerita!!
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan