Dimensi sihir, keajaiban, kekuatan ...
Semua itu fantasi! Tak akan cukup kuat menandingi persahabatan kami. Walau dengan keajaiban kami dapat terbang, dengan keajaiban kami dapat menyontek soal ujian, dengan keajaiban kami bisa membalas Ryan, tetapi semua itu fantasi. Tak semurni genggaman tangan, tak sehangat peluk persahabatan, tak semenarik canda dan gurauan.
Namun, aku ingin bukti! Kupikir dengan sihir akan membantu, tapi itu malah menghancurkan persahabatanku. Aku hanya ingin bukti bahwa kami bisa membangun kembali apa yang telah runtuh karena sihir. Tetes demi tetes air mata Minori, aura panas amarah Luna, kebingungan dan ketakutan yang kurasakan.
Tawa Ryan semakin keras terngiang dalam pikiranku. Dia menghinaku, dia mengejek Luna dan Minori. Semua itu kesalahanku. Wajahnya berputar-putar menghantui kepalaku. Aku semakin lelah, tak sanggup bertahan.