"JOKOOO... LO DIMANA?? BURUAN ANJIR!!! SUSUNYA MANA? UDAH HAUS NIH" Ucap Kenan saat telephonenya sudah tersambung kepada Joko.
"Bentar anjir, gue lupa mau nanya. SUSUNYA YANG MANA SATU, ANJIR!!!? SUSUNYA BANYAK INI." Ucap Joko diujung telephone
"YA POKOKNYA BUAT BAYI SATU BULAN AJA BEGO!!... EH MAMAT BANGSAT! ITU PAKENYA BUKAN KAYAK GITU! BANG VIAN!!! BANTUIN SI MAMAT ANJIR, ITU KENAPA POPOKNYA KAYAK GITU?!!..." Kenan melupakan Joko yang sedang berada di ujung telephone.
"LAGIAN LO JUGA JER, KENAPA MALAH YANG KAYAK GITU BELI POPOKNYA, KAN JADI RIBET ANJIM." cerewet Kenan kepada tiga sahabatnya yang sekarang sedang mengurus bayi mereka.
Entah kutukan darimana sehingga mereka berlima harus mengurus bayi pada umur yang tentunya menurut mereka masih muda.
Apalagi Joko, baru masuk kuliah semester 2.
Bang Vian yang tertua diantara mereka hanya bisa angkat tangan.
Apalagi si Mamat alias Matteo alias Teo, hanya bisa pasrah dan berjalan dengan apa yang terjadi.
Jero? tentu saja dia selalu linglung dengan pikirannya, entah apa yang dia pikirkan.
Tapi untungnya Kenan masih bisa mengurus bayi dengan sangat rapih, meskipun tidak terlalu intens, tapi cukuplah daripada keempat sahabatnya yang mungkin buntu dengan seorang anak kecil, apalagi seorang bayi.
Tapi apakah kehidupan mereka akan berubah drastis dengan hadirnya seorang bayi? dan kenapa mereka harus mengurus seorang bayi? siapa bayi itu?
Mungkin jangan terlalu dipikirkan ya, dunia selalu memberikan jawaban dengan waktu yang mungkin sangat panjang. Tapi, mari kita nikmati saja dengan hal-hal yang bisa membuat kita lupa akan masalah dalam hidup. Mereka berlima juga nggak terlalu ambil pusing yang penting nikmati saja alur kehidupan.