Perempuan ini hidup dengan penuh luka dibatinnya, hatinya sudah seperti remasan kertas yang sangat sulit untuk kembali rapi. Ia sudah berupaya untuk menyembuhkan lukanya. Tapi tetap saja, bekasnya masih terlihat dengan jelas. Di usianya yang hampir menginjak pertengahan 20-an, Ia masih belum menyandang status sebagai Istri. Dulu Ia pernah bermimpi diusia yang Ia injak sekarang ini, ingin sudah memiliki suami dan juga dua orang anak yang menggemaskan. Menikmati repotnya mengasuh dan menikmati proses tumbuh kembang anak-anaknya. Namun sekarang, Ia sudah tidak memiliki keinginan itu, baginya, mau Ia menikah atau tidak, tetap saja, bukankah nanti saat di padang mahsyar Ia akan tetap sendiri? Namun ternyata, Pemikiran piciknya itu berubah. Ia memantapkan hatinya untuk menerima kehadiran seorang lelaki yang akan menjadi pemimpinnya. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah Ia benar-benar menerima kehadiran lelaki itu untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangganya? Sikap seperti apa yang akan Lelaki itu ambil ketika mengetahui jika ternyata perempuan itu menyimpan luka sebegitu dalamnya? Dan apakah perempuan itu bisa sembuh atau malah semakin lebur dengan lukanya?