Sebenarnya, aku selalu bersamamu. Dalam langkahmu, sedihmu, senangmu, kesusahanmu, hingga sampai kau dijemput untuk pulang, ke asalmu. Kita seharusnya tidak saling mencintai. Namun kamu dan aku tetaplah dalam jiwa manusia, yang terjebak dalam perasaannya, dan telah kalah dalam pertarungan itu. Semakin mencoba melupakan, semakin terikat, dan kembali berusaha mengurai bersama, sampai akhirnya kita terjebak dalam nyamannya kekusutan.
Identitas kita bisa berubah, namun jiwa kita tidak. Kau dan aku selalu akan bersama, dengan skenario yang sama, namun tidak akan pernah mengingat 'latihan' kita sebelumnya. Sehingga...aku mau terus terjebak dalam 7 hari terakhirmu, hingga pertunjukan-pertunjukan kita selanjutnya.