Tidak ada yang ditunggu Samuel, selain pagi ataupun siang hari. Disaat mentari masih memegahkan sinarnya yang membuat Samuel hangat. Begitu mentari itu tenggelam, ibunya menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Walau dirinya tau, esok hari masih ada dan mentari itu akan selalu menemaninya sampai saat nanti.
Sinar sendiri tidak suka dipanggi mentari, karena itu bukan namanya. Anak laki-laki yang baru saja ia kenal membuat semua orang memanggil namanya Sinar Mentari. Apa anak itu salah dengar? Jelas-jelas ia ucapkan 'Manhari'. Ah, sudahlah yang penting saat ini dirinya dapat berteman baik dengan anak laki-laki yang akan terus memanggilnya Sinar Mentari.
Ternyata anak itu, akan menjadi tetangganya. Tentu dirinya senang, ia mendapatkan 1 teman lagi. Sangat disayangkan, dia laki-laki. Andai saja Samuel memiliki kakak perempuan, Sinar dengan senang hati mendapatkan teman perempuan. Tidak laki-laki, lagi. Sudah ada Baskara, Dante, dan juga Nicholas. Sinar dan Emma hanya berdua disini, sebagai anak perempuan.
Hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Semuanya bukan lagi anak-anak, tidak begitu menyadari bahwa keenam anak-anak ini tumbuh dewasa dengan cepat. Tempat berkumpulnya tetap saja kos-kosan milik Ibu Samuel yang tak kunjung dihuni, atau Warung Soto Bu Dwi? Ya mereka suka ide itu.
Dan perlahan segala kisah di gang rumah ini terbongkar. Segala kisah kasih akan mendorong bahwa kenyataan itu memang didepan dan terus membuntuti dibelakang. Persahabatan, kasih sayang, perasaan yang muncul perlahan, kebohongan, kebencian, serta kekeluargaan yang semoga saja akan bersama mereka selalu, dan selalu membawa perubahan baik kedepannya.
Tentang seorang lelaki gila yang terobsesi dengan adik sepupunya sendiri.
17+
°°°
content warning: smoking, alcohol, abusive language, kissing, promiscuity, dark romance, criminal acts, etc.