"Ara Mulu yang jadi perantaranya mi! Mbak Nadia, mbak Laras juga ada loh mi, kalo ga umi aja sendiri!. Ara capek mi, bahkan tetangga sebelah ta'aruf, Ara juga yang jadi perantaranya."
Sarah Zafira, selalu saja harus menuruti perkataan uminya untuk menjadi perantara ta'aruf. Memangnya Ara biro jodoh? Ara tak masalah sebenarnya, namun yang jadi permasalahannya adalah kapan Ara bisa jadi tokoh utama dalam prosesi ta'aruf? Lagi, apakah hubungannya bisa bahagia seperti pasangan yang telah ia jodohkan??
Drrtt... Drrtt...
"Assalamualaikum, hallo..."
"Waalaikumussalam, hallo Zen, lagi sibuk ga? kalo kamu jadi perantarany...."
"Aku sibuk. Assalamualaikum." tuutt...tuutt sambungan telepon diputuskan.
Zain Al-Fatih tak pernah mau berurusan dengan yang namanya "perantara" ta'aruf. Baginya itu sangat merepotkan. Bukankah prosesi ta'aruf hanya mengirimkan biodata dan menjawab iya ataupun tidak?
Bagaimana jika kedua orang ini dipersatukan dalam wadah yang sama, bernama ta'aruf dan berujung ke pernikahan? Akankah hubungan mereka direstui?
"Hallo... Apakah ini DISHUB? Dinas Perhubungan?"
"Maaf! Anda salah sambung. Ini adalah buku DIreStui ga HUBungannya!!!"