Bagi Anyelir, cinta hanyalah awal dari kehancuran hidup seseorang. Karena cinta ia dilahirkan ke dunia, tapi karena cinta juga ia hancur sendirian. Tak mendapat kasih sayang sejak kecil, dari kedua orang tua membuat Anye memiliki perasaan tak diinginkan yang begitu dalam. Layaknya bunga Anyelir kuning yang memiliki makna negatif, yang memiliki simbol sebuah penolakan, kebencian hingga kekecewaan. Dari sekian warna-warni bunga Anyelir yang indah, ia lebih mencocokkan dirinya dengan bunga Anyelir kuning.
Terlanjur menganggap cinta sebagai biang keladi dari kesulitan hidupnya, Anye tak berminat untuk berdamai dengan cinta. Ia tak ingin jatuh bersama cinta lalu menyakiti dirinya sendiri dan bahkan orang-orang yang disayanginya. Hingga semesta mempertemukannya dengan Digta. Pria dengan segala keburukan yang menempel pada dirinya. Pria Kaktus, Anye menyebutnya. Digta memiliki seseorang yang begitu ia cinta. Bahkan terlalu cinta hingga menjadi buta. Tetap setia kala wanita yang ia cinta juga menjalin hubungan dengan pria tua yang menyokong hidupnya.
Digta si Budak Cinta dan Anye yang bahkan tak memasukkan cinta dalam kamus hidupnya. Pemikiran yang bertentangan menjadi masalah utama bagi keduanya dalam mengartikan cinta. Namun saat cinta hadir, mereka sadar dengan kekurangan diri yang mendominasi, tidak mendukung pada konsep cinta yang katanya saling melengkapi. Dua insan yang jauh dari kata sempurna akankah bisa menemukan konsep cinta yang sebenarnya?
Start : Januari 2022
End : April 2022
---
Disclaimer : Cerita ini sebelumnya pernah aku publikasikan dengan judul Amore Et Dhiantus, dengan tokoh utama perempuan yang sama bernama Anyelir. Ditengah cerita aku mengalami writers Block sehingga aku membatalkan publikasi. Aku mencoba mengubah ulang sebagian jalan ceritanya dan mendaftarkan cerita ini untuk seleksi Writing Project Karos Publisher Flowers Series 2022.
Gangguan kecil itu menjadi sangat berarti ketika dia sudah pergi ....
Biasanya ada yang lalu lalang ke sana ke mari mencari perhatian ketika aku sedang asyik menikmati hobi. Biasanya ada yang sengaja sibuk mengurus akuarium, kemudian meminta tolong memegangi selang air ketika aku tengah asyik membaca.
Tiba-tiba dia pergi meninggalkan banyak pesan dan kenangan. Sementara aku dipaksa berdiri tegar di atas bumi sendirian, menapaki jejak yang telah kami buat selama lebih dari 20 tahun pernikahan.
Gangguan itu kini sudah tidak ada. Seharusnya aku bisa nyaman menikmati caraku agar hidup menjadi lebih seimbang. Namun, kini gangguan kecil itu sangat kurindukan.