Amora tak mengerti, mengapa dia selalu diperlakukan bagai debu berterbangan, hanya karena dirinya yang tak pandai menciptakan obrolan. Amora tak juga paham, mengapa bayang-bayang kelam masa lampau selalu saja menghantuinya saat dia ingin membela diri. Untuk itulah, Amora menjadikan bungkam sebagai satu-satunya pilihan, saat suaranya tak lagi didengar. Menjadi satu-satunya alasan, saat ucapannya diabaikan. Dan menjadi satu-satunya jawaban, saat mereka sibuk menyimpulkan bahkan ketika dirinya hanya terdiam. Akan tetapi, kebungkaman Amora tak berarti membuatnya bahagia. Amora selalu diselimuti kabut nestapa karena tak dapat menjalin hubungan sosial normal seperti yang lainnya. Namun, Tuhan tak benar-benar meninggalkannya sendirian. Amora dipertemukan dengan seseorang, meskipun pada akhirnya akan menyingkap tabir yang telah lama dia pendam. ©Aleriadn-2021
4 parts