"APA? HAH? KENAPA? BELUM CUKUP PUAS?!", bentak Elan.
"Elan... maaf, maafkan b-...", ucap lirih wanita itu dengan tersungkur dihadapan Elan sembari menggosok kedua tangan nya meminta pengampunan.
"APA? MAAF? LU BILANG MAAF? NGACA! LU KIRA LU LAYAK DAPAT MAAF DARI GUA? LU KALAH DARI ANJING, HAHA", tawa Elan sinis.
"Elan, ku mohon, maafkan b-..."
"STOP! JANGAN SAMPAI GUA DENGER LU NGUCAPIN KATA YANG GA PENTING."
" Oke. Lu mau gua maafkan? akan gua maafkan, dengan syarat.."
Wanita itu menengadahkan tatapannya pada Elan. Laki-laki itu membungkuk dan mencengkram kedua wanita yang menatap matanya dengan nanar.
Sesaat ketika laki-laki itu melihat raut wajah wanita yang sangat ia cinta sekaligus juga sangat ia benci, seperti ada sesuatu yang menghujam jantung nya.
Tes...
Air mata perlahan mengaliri kedua pipi Elan tanpa permisi, semakin lama semakin deras
"putar waktu...", ucap Elan lirih.
Terlihat tubuh ringkih wanita itu bergetar hebat mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Elan. Tapi, terlihat bahwa Elan tak peduli.
"PUTAR WAKTU SAMPAI DIMANA AKU TAK AKAN PERNAH BISA TERLAHIR KE DUNIA TERKUTUK INI!!!", bentak Elan seraya menggertakkan gigi.
Wanita itu menundukkan pandangannya. Ia terkulai lemas dan semakin terisak. Yang dapat Elan berikan hanyalah penyakit hati dan penyesalan untuk nya sekarang. Elan berdiri dan melepas cengkramannya dari wanita itu.
"Tak bisa, kan? Kau tak akan mampu melakukan itu. Karna itu ku beri satu pilihan lain, enyahlah. ENYALAH DARI PANDANGAN KU, HIDUP KU, atau mati saja sekalian. Toh, sedari awal kita tak pernah untuk merasa saling memiliki", sarkas Elan lalu segera pergi meninggalkan wanita itu.