Story cover for Anyelir Kuning by cursen_
Anyelir Kuning
  • WpView
    Reads 28
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 28
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Jul 10, 2021
Katakan jika dunia memiliki bunga yang tumbuh dan berkembang layaknya manusia. Berbau dan tercipta di musim-musim layaknya bunga. Mereka bukan manusia, tapi bukan juga bunga.

"Aku Laksana Aavir, eksistensi dengan bunga yang tak diharapkan."
All Rights Reserved
Sign up to add Anyelir Kuning to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Syal Merah by FabianBadaiAntashena
5 parts Ongoing
Lihatlah manusia.... makhluk berakal, katanya, tapi berakal hanya untuk merancang kehancuran dengan cara yang lebih efisien dari iblis manapun. Mereka lahir dengan tangan kosong, namun tumbuh dengan jemari yang tak pernah cukup menggenggam. Satu takhta tak cukup, satu negeri terlalu sempit, satu nyawa tak sebanding dengan harga ambisi. Mereka mencipta Tuhan dari kaca dan bayangan, lalu menjadikannya alasan untuk menyalakan api di rumah sesamanya. Lalu, ketika tubuh hangus terbakar, mereka berkata: "Ini takdir, ini suci." Padahal semua hanya siasat licik, untuk menjarah lebih banyak, menguasai lebih dalam. Di medan perang, tidak ada musuh sejati, hanya cermin-cermin retak yang saling menuduh bayangan masing-masing sebagai setan. Manusia menanam senyum di bibir diplomasi, sementara tangannya menandatangani pengiriman peluru ke tempat di mana anak-anak belajar menyebut "ayah". Dan ketika tanah itu retak oleh ledakan, dan langit pun tak sudi menurunkan hujan, mereka berkumpul di ruang rapat ber-AC, membahas damai yang bisa dijual dengan harga saham. Oh, manusia bukan makhluk sosial- mereka makhluk serigala yang diajari mengenakan jas. Mereka berdiri di atas kuburan sambil berkata: "Semua demi kemajuan." Apa makna "maju", jika harus melangkahi mayat? Apa artinya "kebebasan", jika harus dipaksa dengan moncong senjata? Mereka mencipta kata-kata indah- "perjuangan", "nasionalisme", "pengorbanan", tapi semuanya hanya selimut untuk menutupi nafsu kekuasaan yang menjijikkan. Sejatinya, manusia mencintai kehancuran- sebab di puing-puing itu, mereka bisa membangun kerajaan atas nama harapan, padahal fondasinya dari daging dan darah. Tak ada yang suci dalam perang. Tak ada yang heroik dalam membunuh. Yang ada hanyalah manusia- yang selalu lapar, selalu haus, selalu ingin menjadi Tuhan tanpa pernah bisa menjadi manusia,.
You may also like
Slide 1 of 10
Learning in Progress (Boboiboy x Yaya) cover
Karma °𝕊𝕖𝕟𝕤𝕖 𝕤𝕖𝕣𝕚𝕖𝕤° [√] cover
Between Crown and Forest cover
Single Moms (End) cover
Cerita Kita  cover
Syal Merah cover
Kumpulan Cerita Pendek cover
The Perfume of Dying Roses cover
Gurauan Tangan cover
Red Lotus [Tamat] cover

Learning in Progress (Boboiboy x Yaya)

4 parts Ongoing

"Setelah menikah, cinta yang selama ini terus meluap akan menemukan tempat untuk tenang." Boboiboy sama sekali tidak mengerti. Pernikahan tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah, tidak juga menjinakkan gelombang perasaan yang terus datang tanpa henti. Sebaliknya, cinta itu justru tumbuh menjadi lebih dalam, lebih pekat, seakan menolak untuk berhenti. Semakin dia menjalani pernikahannya dengan teman masa kecilnya, semakin dia menemukan alasan lain mengapa pernikahan itu ternyata lebih rumit dari yang dia kira. Membuatnya kebingungan dan mengharapkan lebih di setiap sentuhan kecil. Sekarang Boboiboy mencoba memahami bagaimana mungkin hatinya bisa terus melimpah padahal dia telah memberikan semuanya? "Setiap hari bersamamu adalah pelajaran tentang kebahagiaan." Istrinya yang manis tersenyum padanya. "Dan setiap pelajaran yang kudapat membuatku semakin mencintaimu."