"Heh upil badak, ngapain lu di situ?"
"Menanti seseorang yang telah lama menghilang."
"Ceilah... gue bilang juga apa? Makanya kecilin gengsi gedein peka."
"Diem lu. Bukannya ngasih solusi kek, ngehibur kek. Lu mah enggak, main nyerocos aja kayak petasan kentut!"
"Kalian berdua itu kenapa sih, selalu saja bertengkar? Nggak malu tuh dilihat tetangga?"
"Tuh si upil badak, lagi sedih ketiban korma. Eh salah, karma."
"Saya dengar ada yang rindu sama saya."
"Dih... narsis banget lu."
"Nah 'kan... baru juga mingkem ngomong lagi nungguin seseorang. Eh orangnya datang gengsinya nglunjak."
"Sama Abang aja, Dek. Nanti Abang kenalin sama orang tua."
"Wanita itu butuh kepastian, halalkan atau tinggalkan. Yuk Dek tak kenalin ke komandan sebelum Mas halalkan."
"Lu tuh udah tua, nggak cocok sama dia. Cocokan gue masih muda, kaya raya, hidup sejahtera, mati masuk surga VVIP lagi. No bocor-bocor."
"Cinta nggak mandang itu semua bro. Cinta sejati itu saling melengkapi, karena cinta sejati adalah sebagian tulang rusuk yang hilang. Kalau semua cinta memandang harta ya, encok lu."
"Halah klasik!"
"Cinta sejati itu mandangnya kasih sayang yang tulus, kalau cinta sehati itu mandang skincare."
"Ceramah pak haji?"
"Udah-udah, kalian apaan sih ribut mulu?!"
"Eh upil badak, itu ngrebutin lu. Gimana sih, lu diperebutin kok nggak peka."
"Pengumuman-pengumuman gue sudah punya calon, jadi buat kalian berdua nggak usah ribut."
"Yah... keduluan orang gue."
"Lu udah punya calon? Siapa calon lu?
"Siapapun calon kamu, semoga kamu selalu bahagia. Terima kasih pernah menjadi penyemangat saya, walau akhirnya orang lain yang punya."
"Toxic banget mulut lu!"
"Bodo amat. Buat yang kepo, noh... simak ceritanya biar nggak ketinggalan berita jatuh bangunnya gue sama doi. Sekian terima doi, wassalamu'alaikum."
"Ada jametnya nggak?"
"Cari aja sendiri, lu mau jamet model apa aja ada."
"Oke, gue baca nih ya...."