80 Hari Tanpa Temu
  • Reads 439
  • Votes 115
  • Parts 5
  • Reads 439
  • Votes 115
  • Parts 5
Ongoing, First published Jul 15, 2021
Untuk asa yang masih menggenggam erat tubuh manusia. Sejatinya Ia tak melukiskan luka, pun derai air mata. Tapi diantara tawanya, ada banyak luka yang disimpan baik-baik di sisi paling rapuh milik dunia.

Ini kisah tentang si Amerta, abadi yang berdiri diantara hidup dan mati.

Berminat menilik kisahnya barang sedetik? Mari sini, akan aku ceritakan dengan senang hati.
ㅤ
ㅤ

ㅤ
ㅤ
Tw // harsh word
Lokal au! Park Sunghoon ENHYPEN
ㅤ
ㅤ

ㅤ
ㅤ
Start : 27 Juli 2021
All Rights Reserved
Sign up to add 80 Hari Tanpa Temu to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Duke's Grip cover
Kesayangan Bunda cover
After Graduation cover
Choose Family  cover
THE BOSS BABY cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
BABY CHANIE cover
OUR SECRET (SKYNANI X PONDPHUWIN)  cover
Stars Behind the Darkness 2 cover

Dosa Ku

1 part Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.