Yang kuingat selalu seperti ini, saat senja mulai menampak, lelaki itu pun menunggunya di depan gerbang sekolah. Bayangannya selalu tersembunyi diantara bebatuan dan pohon rindang, hanya netranya yang selalu mengikuti setiap bayangan yang melewati gerbang sekolah tua itu. Kegugupan dan rasa tak tertahankan selalu bisa terlihat dalam mata itu setiap menunggunya. Aku bisa merasakan bagaimana saat lelaki itu melihatnya keluar dari gerbang lusuh sekolahnya, sekujur senja pun akan kehilangan cahayanya saat melihat betapa bersinar netra sang lelaki. Aku bertanya-tanya, apakah benar sang lelaki hanya akan menatap dan menunggunya secara diam-diam? Apakah dia benar - benar sanggup menunggu dan tanpa memperlihatkan bahwa dia peduli padanya. Berjalan setiap hari, setiap minggu, berganti bulan, sehat, sakit pun, dia akan terus melakukannya. Lelaki itu hanya bisa memilikinya lewat sang netra tanpa bisa merasakannya lewat sentuhan nyata. Aku benar - benar ingin menangis saat ku ingat kata - katanya "Aku benar-benar ingin menjagamu walaupun tanpa rasa keberadaan ku pada dirimu" Untuk "DIA" aku sembahkan cerita ini.