2. Gending Alas Mayit
  • مقروء 17,516
  • صوت 920
  • أجزاء 9
  • مقروء 17,516
  • صوت 920
  • أجزاء 9
إكمال، تم نشرها في يولـ ٢١, ٢٠٢١
Suara gamelan terdengar tanpa henti sepanjang malam , Warga mencoba mencari sumber dari suara musik gamelan tersebut. Namun suara itu berasal dari hutan desa...

Saat malam sudah mencapai puncaknya , terdengar suara teriakan dari rumah Aswangga, seorang bocah laki-laki mendobrak keluar rumah dan menari kesetanan mengikuti alunan musik gamelan.

Warga yang melihat mencoba membantu Aswangga menghentikan anaknya itu , namun tarianya semakin mengerikan. Bocah itu tertawa, memutar kepalanya ke belakang hingga mematahkan lehernya .

Aswangga mencoba menghentikan , namun tetap saja tidak mampu menahanya. Dalam kondisi seperti itu , bocah itu tetap bergerak menari dan berlari menuju hutan....
جميع الحقوق محفوظة
قم بالتسجيل كي تُضيف 2. Gending Alas Mayit إلى مكتبتك وتتلقى التحديثات
أو
#59ghost
إرشادات المحتوى
قد تعجبك أيضاً
Terdampar Di Pulau Misterius بقلم Jefriverse
10 جزء undefined أجزاء إكمال
Abdul mengumandangkan azan. la ingat kata-kata bapaknya, dalam keadaan menakutkan di laut, kuman dangkanlah azan untuk memohon pertolongan Allah. Toni, Demung, dan Budin pun berseru-seru, "Allahu akbar! Allahu akbar!" "Astaghfirullah al azim!Allahu akbar!" Angin dan air seperti diaduk-aduk oleh tangan kuat yang tidak tampak. Gelap menyelubungi mereka Kepanikan dan ketakutan, akhirnya membuat mereka pasrah kepada Yang Kuasa. Namun, usaha terus diker-jakan. Abdul terus memegang kemudi. Demung dan Budin terlempar ke kiri dan ke kanan, tetapi tangan mereka terus juga membuangi air dari dalam perahu sedapat-dapatnya. Dua tiga ember yang mereka buang, sejumlah besar pula yang ditumpahkan gelombang dari kiri dan kanan perahu Pakaian mereka telah basah kuyup. Dasar perahu telah digenangi air. Semua itu hanya berdasarkan pera- saan pada kulit mereka sendiri. Mata mereka tidak me lihat apa-apa karena gelapnya keadaan. Atau, mungkin juga karena kacaunya pikiran mereka Entahlah, Abdul tidak mau memikirkan hal itu. Tiba-tiba, Abdul merasa perahu seperti diangkat tinggi. Lama rasanya diayun-ayun gelombang laut di tempat tinggi itu. Sesudah itu, perahu bagaikan dihem-paskan keras-keras ke bawah. Seolah-olah, di bawah landasan perahu hanyalah lubang kosong saja. Setelah itu, Abdul merasa siraman air yang kuat dari kiri, kanan, depan, dan belakang. Menurut perkiraannya, perahu akan terbenam karena tertimbun air sebanyak itu. Tak lama kemudian bunyi derakan yang keras terde-ngar, perahu terguncang kuat, lalu gelap sama sekali Samar-samar, Abdul merasakan dingin yang amat sangat. Akhirnya, ia tidak merasakan apa-apa lagi.