Di bawah pohon ketapang itu, sebongkah tubuh menari dalam renungan. Payah tatkala mengeja elok atau rupa yang samar. Mengingat diri yang jatuh dalam belanga, kidung jingga melangit hingga menetaskan sebuah suara; wahai pemilik kasih, renungkanlah dua sebab pasal dirimu yang tenggelam dalam kekal dan selamanya. Mengapa sekian waktu, misteri berputar macam komedi putar. Aku tak mampu berbicara, dan di bawah pohon ketapang itu, dirimu berkilau, agung lukisan di antara dua dunia; kau tak lagi di sini.