Jika bisa memilih, Alona tidak ingin terlahir dalam keadaan jantung lemah. Bukan karena tidak bersyukur pada takdir, tapi ia tidak ingin menjadi sebab atas jatuhnya air mata apalagi menjadi sebab rasa benci orang lain. Oleh karena itu, ia tertekad untuk menjalani hidup seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya dan tetap menjadi perempuan yang ceria. Ia memutuskan untuk kuat dan berdamai dengan keadaan, juga dengan dirinya sendiri. Namun, tekadnya berkali-kali dipatahkan oleh kenyataan pahit yang kerap kali ia lalui. Keadaan semakin memburuk ketika lelaki yang ia cintai adalah orang yang sama dengan yang didambakan oleh kakaknya. Lantas apakah Alona mampu bertahan? Apakah kakaknya akan sadar dan berhenti membenci Alona atau malah sebaliknya?All Rights Reserved
1 part