Dia Alana gadis cantik, imut dan menggemaskan, memiliki segudang prestasi di sekolah nya. Berbeda dengan seorang laki-laki bernama Kennard, selalu membuat onar dan bahkan sering membuat rusuh di sekolah.
"Lo itu rumah bagi gue. Gue gamau kehilangan lo," ucap Kennard menatap foto Alana di ponselnya. Senyum itu mengembang di pipi Kennard. "Rasa nyaman dan aman yang lo berikan, gada di diri orang lain."
Di tengah lapangan, Alana sedang berada di sana, Kennard pun tak jauh dari sana. Dia menatap kearah Alana, dia berusaha mendekati perempuan itu.
"Alana, gue sayang Lo." Perkataan Kennard membuat heboh sekitar lapangan.
"Lo bercanda kan?" Tatapan Alana sulit di artikan, Kennard meraih tangan Alana yang berada di hadapan nya. "Gue serius," katanya.
"Lo mau jadi pacar gue?" Alana melepaskan tangan dari Kennard, dia berjalan menjauh dari laki-laki itu. Tatapan semuanya tertuju pada mereka.
"Ga." Balasnya, dia menunduk dan pergi. Kennard berusaha mengejar perempuan itu, namun tidak berhasil.
Sedari dulu, tak ada yang berani menolak Kennard atau membantahnya. Kennard menatap kepergian Alana dengan sendu. Alana paham, semua orang menunggu posisinya di sukai oleh seorang Kennard, namun dia malah menolak di depan orang banyak.
"Kenapa lo, nolak gue?" Suara Kennard kencang, bahkan suaranya terdengar di telinga Alana. Walaupun Alana sudah jauh dari hadapannya. "Gue kurang apa, hah?" Alana teriris mendengar ucapan Kennard, air matanya tak sengaja keluar dan mengalir.
Alana menolak Kennard bukan karena parasnya, namun karena statusnya sebagai anak geng motor, entah apa yang di takut oleh Alana. Takdama, darah itu mengalir begitu deras dari hidung Alana, Kennard panik dan berusaha untuk menyentuh nya. "Jangan sentuh gue," tubuh Alana menghindar dari tautan Kennard.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan