Tak pernah terlintas dalam kepala Alisa bahwa ia akan dekat bahkan berpacaran dengan seorang abdi negara. Semua ini karena Ibunya yang senang menjodoh-jodohkannya dengan anak temannya.
Nala yang sejak pertemuan pertama sudah tertarik dengan Alisa, baru berani mendekatinya ketika ia sudah menjadi seorang abdi negara. Keberanian itu juga timbul karena Ibu dari gadis yang disukainya mendukung penuh hubungan mereka.
Namun jika ia berfikir hal paling sulit ketika memperjuangkan hubungannya dengan Alisa karena sifat gadis itu yang kelewat cuek saat didekati, maka ia salah besar.
Bukan hal mudah menghadapi Alisa dengan sifat overthinking dan insecure-nya yang tinggi. Gadis itu selalu merasa tak pantas bersanding di samping Nala. Nala terlalu sempurna untuknya. Alisa takut bersaing dengan para gadis yang berusaha mendekati Nala seperti lalat, Alisa takut Nala berpindah ke lain hati ketika menemukan gadis yang lebih baik darinya. Alisa takut kehilangan Nala dan merasakan sakit hati. Padahal bagi Nala, Alisa adalah definisi kesempurnaan yang tidak ada tandingannya. Nala begitu mencintai Alisa yang apa adanya dan berhati tulus.
Hubungan mereka yang seharusnya baik-baik saja, justru kedatangan masalah karena sifat Alisa. Nala yang selalu berusaha meyakinkan Alisa bahwa ia begitu mencintainya akan berada di titik lelahnya juga. Lelah meyakinkan, lelah dicurigai.
Akankah Nala dan Alisa bisa mempertahankan hubungan mereka sampai ke jenjang yang lebih serius, atau justru akan kandas di tengah jalan?
"Kenapa mas Nala mau pacaran sama aku? Padahal banyak yang lebih cantik dari aku. Bukannya kebanyakan cowok berseragam cari pasangan anak kesehatan?"
"Nggak semua orang punya pemikiran yang sama. Cuma karena mereka pake seragam yang sama, bukan berarti jalan pikiran mereka juga sama. Yang saya tau, saya cinta sama kamu, bahkan sebelum saya pake seragam ini. Semua cewek itu cantik, Sa, begitu pula dengan kamu."
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.