Seperti namanya, Raina sangat menyukai hujan. Suaranya yang merdu saat bersentuhan dengan atap-atap rumah begitu menenangkan. Kepada hujan Raina menitip salam, tentang kerinduannya kepada Tuhan, mencoba bertahan untuk jiwa-jiwa yang tenang dan kedamaian dalam hidupnya. Hidup yang sudah berantakan sejak kecil, tak memutuskan semangatnya untuk terus melangkah, mencoba memberikan pelukan seperti hujan yang menjadi peredam tangisan. Raina tahu, hujan tidak akan berlama-lama menghujam bumi dengan airnya. Sama seperti dirinya yang tidak bisa memaksa orang lain untuk menerimanya. Meskipun kehadirannya dibenci semua orang, Raina tetap memberikan pelukannya walaupun hanya sebagai pelampiasan. "Walaupun hatiku hancur dan tubuhku rapuh, masih ada tanganku yang siap untuk menggenggam tanganmu." -Raina Putri Maharani NOTE: JADILAH PEMBACA YANG BIJAKSANA. JIKA SUKA BISA MEMBERIKAN VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PART DAN JUGA SHARE CERITA INI. JIKA TIDAK, SILAKAN TINGGALKAN DAN TIDAK PERLU MENJATUHKAN KARYA ORANG LAIN. ‼️ Mari saling menghargai para penulis dengan tidak memplagiat karya yang ditulisnya!!