Ini tentang perempuan yang bernama Sisuka batalin, yang mempunyai sifat sangat sombong, dingin, cuek, dipertemukan dengan laki-laki yang juga cuek, dan pada akhirnya mereka menjalani kisah asmara, namun pada akhirnya mereka berpisah karena penyakit yang dialami oleh Sisuka, dan pada akhirnya Alex baru sadar ternyata dia berharga.
Penyesalan silih berganti, naluri yang tak lagi berhati menjadi beku, kehilangan memanglah pahit, akan tetapi mengetahui hal yang tersembunyi jauh lebih menderita.
Tidak salahkah jika perempuan angkuh, sombong seperti Sisuka mudah jatuh cinta , dan juga menyukai seorang laki-laki muda yang sangat dingin.
Saat dirimu telah jatuh cinta, lalu kehilangan apa yang mesti kamu lakukan, apakah kamu patut menyalahkan dirimu sendiri, atau laki- laki itu? apakah kamu selalu menyalahkan Tuhan mu atas segalanya?
Namun apa daya dia yang membuat ku hancur dan dia juga yang membuatku suci, namun tidak dengan hal itu, Sisuka pergi seketika ..
Ternyata dia berharga
attention !!!!!!!⛔
Dilarang mengcopy paste isi cerita ❎apalagi sampai mengambil tanpa izin isi dari cerita ini.
Dilarang berkomentar kotor tentang isi cerita, apalgi sampai membaca kata-kata yang tidak sesuai ❎
Ini cerita mengandung unsur-unsur yang tidak boleh dibaca oleh anak dibawah umur ❎
Terimakasih.
"Wes dhuwur, gedhe, gagah, resik, bagus ngono seh dadi dudo. Ancene Rita keblinger wong taiwan" Andin yang mendengarnya pun kaget mendengar perkataan ibu-ibu disampingnya tadi.
*Udah tinggi, besar, gagah, bersih, ganteng gitu masih jadi duda, dasarnya rita ngebet sama orang Taiwan
Pasalnya Andin kan baru saja pindah setahun, ia tahu bahwa Juragan yang sedang dibicarakan ibu-ibu ini seorang duda beranak satu. Tapi Andin tidak tahu sebab ia menjadi duda. Banyak gosip beredar, kalau laki-laki dengan panggilan Juragan itu menjadi duda karena sudah tidak bisa 'berdiri', karena 7 tahun menduda belum juga menikah lagi, padahal dari tampangnya menurut Andin ga jelek-jelek amat, masih bagus kalo buat diajak kondangan.
"Mosok ngono toh bu? Jarene bu endang malah wes raiso 'ngene'" sambung bu yayuk sambil menggerakan jarinya mempraktikan apa yang dimaksud nganu, dengan telunjuk yang mengacung.