Ava, 25 tahun, baru saja menyelesaikan studi masternya di bidang Antropologi di universitas terbaik. Sejujurnya, tak ada pilihan bagi Ava untuk tidak menyelesaikan masternya. Ia sudah lelah sekolah terus menerus sejak umur 4 tahun. Selama ini Ava selalu fokus akan studinya, ya, tidak ada kata 'pacaran' dalam kamus hidupnya selama ini. Ini dikarenakan ada perjanjian khusus antara Ava dan orang tuanya yang tidak memperbolehkan Ava berpacaran selama masih bersekolah. Ava pun menurutinya tanpa protes sedikit pun. 25 tahun Ava hidup menjadi anak baik. Bosan? Tentu saja. Hidup Ava yang semula lurus-lurus saja kemudian berubah di seperempat abad umurnya.
Ava mencoba sebuah aplikasi dating untuk berkenalan dengan anak laki-laki. Disinilah Ava berkenalan dengan Andi (25 tahun, anak kampus ternama di Bandung). Andi kala itu masih menyusun skripsinya yang belum selesai. Andi hanya memperdaya Ava untuk membantunya mengerjakan skripsi, tetapi berbeda dengan Ava yang sangat bucin dengan Andi. Akal-akalan Andi ini akhirnya terbongkar ketika Ava pergi ke Bandung untuk menengok Andi yang katanya sedang sakit. Ternyata Andi malah ngedate dengan cewek lain. Saat itu juga dunia Ava serasa runtuh.
Mungkin Tuhan sangat sayang dengan Ava. Di hari itu juga, di hari Ava merasakan patah hati untuk pertama kalinya, tiba-tiba Firza menghubungi Ava.
"Va, LO TUNGGU GUE DISITU YA! INGET JANGAN KEMANA-MANA", kata Firza heboh diujung telepon. Anehnya lagi Ava menunggu Firza di halte sampai datang bukannya naik bis untuk pulang. Tak lama Firza datang, mereka berdua saling tatap. Ini pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah kelulusan SMA. Pada saat itu sepertinya Firza tahu apa yang baru saja dialami Ava walaupun Ava tidak berkata apa-apa. Banyak pertanyaan dikepala Ava.
'Kenapa bisa kisahku menjadi seperti ini. Lalu setelah ini apalagi. Aku mau ngapain lagi. Aku harus apa. Aku bisa apalagi...'