8 parts Ongoing "Momen seperti itu sudah jadi mimpi buatku," Ayahku telah tiada, dan kenangan itu tak akan kembali. Namun, di tengah rasa sakit itu, Jea tetap bersyukur.
Masih ada ibu yang selalu ada untuk Jea. Beliau seperti punya dua peran dalam hidupku-seorang ibu dan seorang ayah sekaligus. Ibu selalu mewarnai kehidupan anaknya, walaupun terkadang kami suka bertengkar sambil bercanda dalam hal-hal kecil. Tapi Jenna hanya bisa berharap, semoga ibu panjang umur dan sehat selalu.
Melihat ibu seperti itu membuat Jea sadar, hidup ini mungkin tidak akan selalu adil, tapi ia punya alasan untuk tetap kuat. Setiap tawa yang ibu bagikan, setiap lelah yang dia sembunyikan, semuanya mengajarkan untuk terus berjalan, meski kadang langkahku terasa berat.
Jea sadar, momen seperti di kantin tadi mungkin bukan untuknya, tapi Jea tak akan membiarkan dirinya terus terjebak dalam rasa kehilangan. Karena ada ibu yang selalu berjuang untuk kebahagiaan Jea.
"Dan jika ayah dulu adalah pelindung di masa kecilku, sekarang ibu adalah pelita yang menerangi masa depanku" Batin Jea.
"Jujur, aku iri sama mereka".
•
•
•
•
•
•
Aku hanya anak kecil yang ditinggal oleh Ayah pergi jauh dan tak akan kembali ke dunia ini.
-Jeanna Azarina-
Ayah, anakmu sudah dewasa sekarang apakah tidak rindu? Apakah Ayah masih ingat wajah anakmu yang mirip sekali dengan Ayah.
-Jeanna Azarina-
Ayah, aku sangat merindukanmu sangat ingin memelukmu dan banyak hal yang ingin aku bicarakan kepadamu tapi kapan?
-Jeanna Azarina-
Walaupun aku kehilangan figur seorang Ayah tapi, kalau bukan ini takdirnya mungkin aku tidak bisa kuat dan bertahan sampai detik ini.
-Jeanna Azarina-
Aku ingin sekali merasakan memanggil Ayah berkali-kali didalam rumah kemudian, ayah menghampiri dan memelukku erat.
-Jeanna Azarina-
#Kisah nyata penulis
#DILARANG KERAS UNTUK MENJIPLAK