Hubungan tidak akan kuat apabila hanya satu pelaku yang berperan dalam kisahnya. Karena satu tangan saja tak mampu menggenggam isi cerita.
Lalu, jika suatu saat kamu sudah lelah karena lukamu tak kunjung memudar, maka jalan keluarnya adalah Selesai.
Ingat! tidak ada yang salah dengan kata selesai.
-------
Rania menangis sampai tubuhnya bergetar. Pedih. Merasakan ada yang bergetar, Radit terbangun. Kenapa Rania menangis? pikirnya bertanya.
"Kenapa nangis Ra?" Tanya Radit. Rania hanya diam, air matanya semakin tak bisa ditahan.
Kalian tahu kan kalau kita sedang merasa tidak baik-baik saja terus ditanya seperti itu, tidak akan ada satu kata pun yang bisa keluar.
Tidak tahu harus berbuat apa, Radit bingung. Akhirnya Radit memeluk Rania. Ia ingin menenangkan gadis itu. Sementara Rania semakin terisak. Ia ingin seperti ini selamanya, ia ingin bersama Radit tapi itu tidak mungkin.
"Dit, pelukan ini sangat nyaman. Tapi aku sadar ini salah. Tidak seharusnya aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari kamu. Tuhan, salahkah bila aku menginginkan Radit bersamaku? Aku ingin dia untukku bukan untuk orang lain" Batin Rania menjerit.
Setelah lama mereka berpelukan. Rania melepaskan pelukannya dan berbalik memunggungi Radit.
"Kamu pulang aja Dit, aku udah gak papa." Ucap Rania seraya menutup tubuhnya dengan selimut.
"Dia kenapa? Aneh sekali." Batin Radit sambil memandangi Rania.
--------